Perkembangan komunikasi digital memiliki karakteristik
komunikasi global yang melintasi batas-batas budaya. Sementara setiap batas
geografis dan budaya juga memiliki etika sendiri. Misalnya saja soal privasi.
Masyarakat kolektif seperti masyarakat Indonesia merasa tidak masalah bercerita
tentang penyakit yang diderita di media sosial, atau menunjukkan kehangatan
suatu hubungan di media sosial, tetapi belum tentu itu dirasakan nyaman oleh
masyarakat individualistik. Para orang tua bisa saja merasa biasa bahkan bangga
bercerita tentang anak-anaknya, namun belum tentu anak-anaknya nyaman dengan
kisah yang diceritakan oleh orang tuanya di media sosial. Begitu juga interaksi
digital antar gender, dan antar golongan sosial lainnya. Semua akan memunculkan
persoalan-persoalan etika. Artinya dalam ruang digital kita akan
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
berbagai perbedaan kultural tersebut, sehingga sangat mungkin pertemuan secara
global tersebut akan menciptakan standar baru tentang etika.
Pilar etis dalam bermedia digital berada dalam poros Kolektif-Informal. Artinya, pilar etis dalam bermedia digital adalah kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal, berada dalam ruang pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat.
Penerapan Etika Bermedia Digital
•
Etis dalam Mengakses
- Menggunakan
perangkat digital yang meliputi perangkat lunak dan keras yang legal dan
jelas reputasinya, bisa dipertanggungjawabkan standarnya demi keamanan
digital yang melindungi identitas digital kita nantinya.
- Mengakses
aplikasi digital yang diperuntukkan sesuai usia
- Mengakses
konten yang bermanfaat, sesuai, dan positif saja
•
Etis dalam Berinteraksi
- Harus
bijak dalam memilih identitas digital. Nama, fot diri yang pantas, dan
informasi yang memang layak dibagikan kepada dunia internet.
- Memakai sapaan yang pantas dan sopan. Tidak menyinggung SARA
• Etis Dalam Berpartisipasi
Berpartisipasi artinya aktif sebagai netizen. Terpanggil untuk membuat ruang digital aman dan nyaman bagi sesama pengguna. Netizen dewasa berpartisipasi pada pendidikan dan generasi muda. Generasi muda juga berpartisipasi dalam membangun ruang-ruang yang lebih menyenangkan, kreatif, dan semangat kekinian. Saling mengingatkan, saling mendukung, saling memberi, dan saling memahami perbedaan.
• Etis Dalam Berkolaborasi
Membangun jejaring yang produkif. Tidak hanya antar golongan, lintas daerah, jika perlu melewati batas-batas budaya dan negara. Kolaborasi juga bisa diartikan sebagai kemampuan dalam memadukan daring dan luring dalam kerja-kerja nyata di berbagai bidang. Mungkin ada jejaring yang fokus pada isu lingkungan, lainnya fokus pada isu pendidikan, isu-isu kemanusiaan, isu kesehatam, isu-isu industri kreatif, peningkatan sumber ekonomi, isu informasi & komunikasi, bahkan juga bisa isu-isu politik.
Pilar etis menyoroti kemampuan memilih jaringan yang sesuai dengan minat dan oanggilan semangat (passion). Kolaborasi membutuhkan kematangan diri untuk saling menghargai sehingga sebuah isu bisa diperbincangkan dan mendapat solusi untuk kebaikan bersama.
Sumber:
Etis Bermedia Digital (Kusumastuti, Astuti, dan Kurnia, 2021)
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/371175/prinsip-etis-dalam-bermedia-digital
Comments
Post a Comment